Rabu, 17 Agustus 2011

HUT REPUBLIK INDONESIA ke-66 (maaf INDONESIA)



Tanggal 17-AGUSTUS ya sekarang? bangun tidur ... aaa kesiangan, telat saur! udah imsak, mama tolong aku panik banget, eh gapapa deh minum aja yang penting belum subuh. minum seteguk dua teguk alhamdulillah siap untuk puasa hari ini saatnya tidur lagi .. hey kasur aku datang, aku akan menjadi putri tidur seharian. bantal sudah ku atur menjadi posisi yang nyaman dan ... HELLO KENAPA AKU BISA TIDUR SEHARIAN? ADA APAKAH HARI INI? BUKANKAH AKU HARI INI AKU HARUSNYA SEKOLAH?
baca sms masuk dan hampir semua sms yang masuk isinya "gw kayanya ga upacara deh hari ini put, cape, lagian kan lagi puasa nih" OMG SAYA BARU INGET HARI INI HARI KEMERDEKAAN INDONESIA
Semua sms ku baca ulang, dan hampir semua jawabannya sama, gw cape ...... basi ah, gw puasa .... gw juga, tp gw ga pamer... mending lempar hp daripada harus baca sms yang terlalu banyak alesan, hapus sms mereka, terlalu cupu, terlalu lemah untuk dibaca, alesan yang telalu berlebihan, lagu lama......
Apa yang harus saya lakukan untuk hari yang sakral buat para penduduk INDONESIA ini? bingung memang.
Upacara! ya hari ini saya harus upacara! ini upacara 17an terakhir saya di masa SMA saya! Saya harus ikut! saya cinta negeri saya ini!
Tapi entah kenapa raga saya ini terlalu lemas untuk kembali beraktifitas, sejenak saya buka account twitter saya, segala macam kalangan manusia pagi-pagi sudah twit tentang MERDEKA!!! cukup terharu sih, diantara ratusan twit seperti itu, masih ada puluhan twit berkata "upacara?fuck!" "ahelah upacara nyusahin aja sih" "upacara? hello lagi puasa kali" "upacara? panas kali mana lapangannya kaya gitu kan. iyuuuwh banget"
Keluhan kalian terlalu iyuuuwh untuk saya baca, seakan-akan upacara itu seperti berperang dizamannya bapak SOEKARNO dan bapak HATTA . jelas sebenernya berbeda, kita kali ini hanya berdiri, memakai topi, hormat kepada sang merah putih, lalu pulang. Bukan memegang senjata ataupun berlumuran darah demi sang merah putih berdiri dengan gagahnya, berkibar di atas tiang.
Saya antusias sekali terhadap hari ini, saya persiapkan diri saya, saya harus pergi ke lapangan untuk mengikuti dan melihat sang merah putih dikibarkan.
sekitar pukul 8 kurang alhasil upacara pun dimulai di lapangan swadaya, kecamatan larangan. Banyak sekali anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang mengikuti, namun prihatin saat melihat barisan Sekolah Menengah Atas yang pesertanya sedikit dibandingkan sekolah bawahnya sedangkan SMA itu jamannya kita sebagai generasi penerus bangsa yang sedang gencar-gencarnya ingin mengharumkan nama bangsa, ya setidaknya mempunyai sedikit semangat nasionalis lah ya.
Kembali lagi saya sms teman-teman saya yang beridentitaskan seorang laki-laki, dan terkejut saat membacanya "sorry put, gw cape, males, lagian kan lagi bulan puasa" YA TUHAN SALAH APA NEGERI KU INI .... 
Saya perempuan, tidakkah malu? saya juga mengikuti puasa, bahkan saya telat saur. Tapi maaf jika perempuan dilahirkan harus dengan kodratnya yang lemah, saya berontak! saya perempuan walaupun saya lemah tetapi saya setidaknya masih mempunyai sedikit tenaga untuk mengikuti ini, itu semua karena jiwa nasionalis saya yang mulai berkoar dalam darah yang memang terlahir di suatu pelosok daerah negeri yang sedang merayakan kemerdekaanya ini.

Upacara pun alhasil dimulai, matahari terlalu menyinari saya, keringatpun mulai bercucuran, baju saya mulai basah, namun selalu terdorong dengan kata SEMANGAT!
Di depan lapangan sana, berdirilah sebuah tiang yang tinggi sekali, dan beberapa petugas paskibraka yang sangat gagah sedang membawakan sebuah kain berwarna merah putih, dan sangat besar, antusias saya semakin tinggi, saya jinjitkan kedua telapak kaki saya demi melihat hal tersebut, inspektur berkata "hormat grak!" tanpa disuruh pun tangan saya akan hormat. Detik-detik itu begitu membuat jantung saya mau copot, takut benderanya gamau kebuka atau terbalik, namun apa yang terjadi? BENDERA MERAH PUTIH TERBUKA DENGAN SANGAT SEMPURNA. Lagu INDONESIA RAYA pun berkumandang mengiringi jalannya bendera yang akan menuju ke puncak tiang tersebut.




Andai saya bisa melihat langsung bagaimana sang saka merah putih ini dikibarkan pertama kali, mungkin terharu sekali.

"Hey INDONESIA selamat ya...
Sudah 66 tahun nama mu menjadi negeri yang mempunyai puluhan bahkan ratusan juta nyawa ini.
Nama mu dihujat, nama mu terkadang dibanggakan, namun terkadang dijatuhkan, dicaci maki, dan apa yang kamu punya selalu diklaim milik negara lain.
INDONESIA mengapa kamu diam? mengapa rakyatmu marah jika batik dan lainnya diambil? apakah kamu ingin membalas dendam kepada kami semua? INDONESIA bicaralah..
Rakyatmu terlalu banyak, jika kami semua marah suatu hal ini akan semakin rumit, karena kami akui kami susah sekali mencari titik pencerahan dalam suatu permasalahan yang berada di negeri kami ini, yang kami bisa hanya marah, berkata kasar, bermain dengan senjata, bermain dengan urat-urat wajah yang sangat menunjukkan amarah.
INDONESIA kekayaan alammu sudah tidak dapat dihitung seberapa banyak, namun kenapa kami masih miskin? jangankan pendidikan, satu suap nasi pun diantara kami banyak yang harus meminta-minta dijalanan ibukota yang ramai ini.
INDONESIA mengapa artis di negara mu ini disebut koruptor? aku sebenernya tidak mengetahui siapa koruptor itu, dan aku tidak tahu siapa yang pantas disebut koruptor, hanya namamu dan Tuhan lah yang akan membuka rahasia ini.
INDONESIA mengapa susah sekali untuk kami mengenyam pendidikan? kami pun biasa memulung yang biasa disebut koran, sebagian dari kami pun tidak mengetahui mana huruf A,B,C,D,E,F,G..... dan seterusnya, bisakah kamu mengajari kami wahai INDONESIA.
INDONESIA bagaimana kami bisa hidup sehat jika sebagian dari kami berlaku curang demi sebuah harta, terkadang makanan kami pun diracuni, lingkungan kami dicemari oleh para manusia yang tak bertanggung jawab tersebut.
INDONESIA dimana pahlawanmu sekarang? bukankah mereka sudah membelamu sampai titik akhir hayat mereka? lalu apakah balasan manusia dizaman modernisasi kali ini? mengapa manusia zaman modernisasi ini tak menghargai pahlawannya? kemarin aku lihat pahlawanmu seperti ini...


aku kira mereka akan tinggal mapan dan hidup dihunian seperti ini....


namun ternyata aku salah besar, mereka menghabiskan sisa umur mereka dengan hidup yang tidak ada penghargaan sama sekali bahkan merasa layak sama sekali. Dan aku pun sempat bersyukur karena aku tidak berada dizamannya mereka berlumuran darah, dan sekali lagi itu semua demi sang merah putih berkibar di ujung tiang tertinggi.
INDONESIA mengapa banyak hal yang begitu kontras di negeri mu ini, disaat dari sebagian dari kami meminta-minta dijalanan ibu kota, mengapa mereka yang memakai mobil keluaran terbaru itu tidak memberikan kami uang sepeser pun.
INDONESIA mengapa pemuda dan pemudi generasi penerus negeri mu ini banyak yang tak berjiwa nasionalis? aku tidak dapat berbuat banyak, cukup sebut saja mereka ini "penjajah-penjajah kecil"
INDONESIA mengapa kamu sekarang ini justru dijajah oleh kebodohan, kemiskinan, dan dijajah oleh putra dan putri bangsamu sendiri?
ya Tuhan sekali lagi aku ingin bertanya, salah apakah INDONESIA ku ini? salah apa negeri ku ini? mengapa INDONESIA hanya diam disaat kami marah? apakah dia sudah begitu lelah menopang puluhan juta nyawa manusia yang terkadang masih saja menghujatnya?"

Mungkin diantara kita masih banyak yang kurang beruntung hidup di INDONESIA, namun jangan pernah salahkan INDONESIA salahkan diri kita masing-masing terlebih dahulu. "BUKAN TENTANG APA YANG SUDAH INDONESIA BERIKAN KEPADA KITA, TETAPI APA YANG SUDAH KITA BERIKAN KEPADA INDONESIA?"
Jadi jangan lah kalian marah jika batik, reog ponorogo, angklung, lagu-lagu daerah, rendang diklaim, memang kita sudah berbuat apa? apa kita sudah ikut melestarikannya? apa kita sudah ikut membuat budaya kita ini terkenal karena kita para pemuda-pemudi?
Padahal sebagian dari kita terkadang masih lebih suka makanan dari negara lain, memakai gaun dari rancangan designer luar yang terkenal juga mahal? dan lebih menghafal lagu luar daripada lagu nasional yang kita punya. yasudahlah yaa masing-masing balik lagi ke kitanya sendiri.
Jika kalian ingin salahkan pemimpin kalian, ingat, dulu kalian lah yang memilih mereka, sebenarnya saya tau, mereka sudah berusaha semaksimal mungkin agar pembangunan nasional merata diseluruh setiap pelosok daerah, namun lagi-lagi kita ini terlalu bodoh, terlalu lama dijajah, sehingga pikiran juga banyak yang terlalu dijajah, masih banyak diantara kita yang beranggapan bahwa pendidikan tidak terlalu penting, toh nanti paling kita ujung-ujungnya jadi kuli panggul dipasar atau lebih baik ya mengamen lah di bus ibukota yang selalu lalu lalang dan memadati jalanan yang luas ini.
bangun! bangun wahai pemuda pemudi, kekayaan alam kita masih banyak! ayo berkreatifitas lah sebanyak mungkin, manfaatkan kekayaan kita dan buatlah perekonomian di INDONESIA membaik dari tahun sebelumnya, dan buatlah para warga negara indonesia ini menajadi cerdas, bahkan kalau perlu secerdas einstein.

"INDONESIA aku tetap berdoa untukmu, bagaimanapun aku akan tetap hormat kepadamu, aku akan terus bangga terhadapmu, maafkan aku yang sampai saat ini belum bisa mengharumkan namamu, doakan aku sebagai penerus harapanmu ini siupaya bisa mengharumkan namamu, sudah terlalu lama kita tertidur, sudah terlalu lama kita dinamakan negara berkembang, aku sudah bosan mendengarnya, aku ingin kita menjadi negara maju. BHINEKA TUNGGAL IKA, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, membuat INDONESIA lebih baik dari sebelumnya itulah cita-cita kita semua, cita-cita dari ratusan jiwa penduduk yang berbeda suku, berbeda agama, berbeda latar belakang kehidupan, dan berbeda pendapat, mualilah jadikan suatu pendapat seseorang itu rencana selanjutnya jika rencana yang kita sepakati nantinya gagal, hargailah sesama, mulailah bergotong royong membangun pondasi persatuan yang telah lama hancur. Minimal jiwa NASIONALISME kita jangan sampai pudar, maaf INDONESIA aku terlalu banyak mengeluh"







sekian postingan dari saya kali ini, saya pun masih merasa, saya belum bisa memberikan apa-apa untuk negeri saya yang kaya dan indah ini.
TERIMA KASIH :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar